Sabtu, 18 Oktober 2008

Ayo, Menengok Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Oleh Masnur Muslich

Sebagai seorang guru, Anda harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas keguruan. Komitmen tinggi itu antara lain ditunjukkan oleh sikap yang selalu ingin menjalankan tugas-tugas pembelajaran dengan baik dan maksimal demi keberhasilan dan kesuksesan anak didik. Hanya dengan sikap yang demikian itulah peran Anda dalam dunia pendidikan akan menampak.
Terkait dengan komitmen itu, renungkan puisi “Bangkit bagi Guru” berikut ini. (Diadaptasikan dari puisi “Bangkit Itu” yang pernah dibacakan oleh Dedy Mizwar di televesi dalam rangka menyambut Satu Abad Kebangkitan Nasional.)


Bangkit bagi Guru
Diadaptasikan oleh Masnur Muslich

Bangkit itu Susah ...
Susah melihat anak didik susah
Senang melihat anak didik senang

Bangkit itu Takut ...
Takut untuk gagal
Takut untuk tidak dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dengan baik

Bangkit itu Malu ...
Malu menjadi benalu
Malu karena minta petunjuk melulu

Bangkit itu Marah ...
Marah bila martabat guru dilecehkan
Marah bila dicap sebagai guru tidak profesional

Bangkit itu Mencuri
Mencuri perhatian dunia pendidikan dengan prestasi
Mencuri kreativitas demi keberhasilan anak didik sendiri

Bangkit itu Tidak ada
Tida ada kata menyerah
Tidak ada kata putus asa
Karena demi anak bangsa

Bangkit itu Aku
Guru untuk anak didikku


Salah satu wujud keinginan untuk menjalankan tugas pembelajaran dengan baik dan maksimal adalah mencermati setiap tindakan pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan “menyelidik” sebagai berikut.
  • Apakah metode pembelajaran yang saya pilih telah sesuai dengan tipe dan sifat bahan pelajaran yang saya sajikan?
  • Apakah strategi pembelajaran yang saya lakukan dapat menciptakan kreativitas pembelajaran?
  • Apakah pemilihan media dan sarana pembelajaran yang saya pakai dapat mempercepat pencapaian kompetensi?
  • Apakah pengelolaan kelas yang saya terapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan?
  • Dan pertanyaan lain yang relevan
Jawaban ”jujur” Anda setiap pertanyaan tersebut pada dasarnya merupakan “refleksi awal” atas kegiatan pembelajaran yang telah Anda lakukan. Apabila jawaban “jujur” Anda tersebut tidak sesuai dengan “harapan” atau “idealisme” Anda, maka Anda berkewajiban moral untuk memperbaikinya. Ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan itu merupakan “penyakit” yang harus segera Anda “obati”. Sikap ini merupakan konsekuensi logis dari komitmen Anda sebagai seorang guru yang profesional, atau seorang guru yang ingin profesional. Dan, sikap inilah awal munculnya penelitian tindakan kelas.
----
Seorang guru profesional, sebelum Anda melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), Anda perlu memiliki wawasan yang cukup tentangnya. Tanpa memiliki wawasan yang memadai, mustahil Anda dapat melakasanakannya dengan baik dan benar.

Cermati uraian berikut ini! Dengan catatan, uraian konseptual ini jangan membuat Anda “takut” dan merasa “terbebani” mengadakan PTK. Anggaplah uraian ini sebagai “sekilas info” saja. Toh, Anda tidak akan diuji dengan hal-hal yang konsptual ini.

Ada apa dengan PTK?
Sejak awal milenium kedua ini, istilah “classroom action research” atau penelitian tindakan kelas (PTK) ramai dibicarakan orang, khusunya di kalangan pendidikan di Indonesia. Mengapa demikian? Setidak-tidaknya dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Pertama, telah dimaklumi bahwa peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai upaya, yaitu – antara lain – melalui pembenahan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Namun, dari sekian banyak upaya tersebut, peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik tetap menduduki posisi sangat strategis dan akan berdampak positif. Dampak positif tersebut antara lain berupa (1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan masalah pembelajaran yang dihadapi secara nyata; (2) peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar; (3) peningkatan keprofesionalan pendidik; (4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian. Dan, ternyata, upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik ini hanya bisa dilakukan setelah diadakan PTK oleh guru yang bersangkutan.

Kedua, selama ini salah satu upaya pemecahan berbagai masalah dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan adalah dengan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa dampak hasil penelitian pendidikan dalam bentuk peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dirasakan masih sangat kurang. Salah satu penyebabnya adalah penelitian pendidikan itu dilakukan oleh pakar pendidikan atau peneliti dari luar, yang pada umumnya kurang memahami benar masalah yang terjadi di dalam kelas. Mengapa demikian? Permasalahan penelitian yang diangkat para peneliti itu kurang dihayati oleh guru yang terlibat langsung dalam kelas. Dengan demikian, guru tidak atau sukar sekali memanfaatkan hasil penelitian itu secara langsung.

Ketiga, kalau toh hasil penelitian pendidikan tersebut bersinergi dengan kepentingan pembelajaran di kelas, penyebaran informasinya ke guru-guru yang berkepentingan memakan waktu yang cukup lama. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mengomunikasikan hasil penelitian melalui jalur jurnal ilmiah diperlukan waktu minimal dua tahun. Apalagi, setelah jurnal yang memuat hasil penelitian itu terbit, belum tentu guru sekolah memperoleh akses jurnal ilmiah tersebut. Kalau toh memperolehnya, tidak semua guru dengan mudah memahaminya karena bahasa yang digunakan sangat teknis-ilmiah.

Pada sisi lain, selama ini upaya meningkatkan kemampuan meneliti memang dirancang dengan pola pendekatan research-development-dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan sangat teoretis. Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran baru yang sekarang ini sedang digalakkan, yaitukonsep school-based quality management (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, MPMBS). Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu pendidikan yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavor for quality improvement), dan pragmatis-naturalistik. Dengan demikian, rancangan penelitian lebih menekankan pada pola pendekatan research action improvement (RAI) atau bersifat bottom-up. Lewat pendekatan RAI ini diharapkan akan segera tercipta solusi praktis-pragmatis, tidak hanya sekadar teoretis.
Terkait dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan ini, MPMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antarjenjang dan jenis pendidikan, baik pada tataran praktis-implementasional maupun dalam tataran gagasan-konseptual. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat, produktif, dan yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah harus segera dilakukan. Kemitraan yang sehat dan produktif antara LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dan sekolah adalah sesuatu yang penting dan strategis, lebih-lebih lagi dalam era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitian pun hendaknya dikelola secara kolaboratif sehingga kedua belah pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits).
Upaya meningkatkan kompetensi guru untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang dihadapi saat menjalankan tugasnya dapat dilakukan melalui PTK yang dilakukan baik secara mandiri oleh guru yang bersangkutan maupun secara kolaboratif (baik antara guru dan dosen maupun antarsesama guru). Melalui PTK, masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang optimal dapat diwujudkan secara sistematis. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan masalah-masalah pembelajaran (teaching-learning problems solving), sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan.
Dengan cara demikian, para guru tidak lagi dianggap sekadar sebagai penerima pembaharuan yang diturunkan dari atas, tetapi guru bertanggung jawab dan berperan aktif untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui penelitian tindakan dalam proses pembelajaran yang dikelolanya. Latar belakang itulah yang melahirkan konsep PTK. Dengan PTK, guru akan memperoleh manfaat praktis. Ia dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya dan bagaimana mengatasi masalah itu.

Dari mana istilah PTK muncul?
Munculnya istilah “classroom action research” atau penelitian tindakan kelas (PTK) sebenanya diawali dari istilah “action research” atau penelitian tindakan. Secara umum, ”action research” digunakan untuk menemukan pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari di mana pun tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di kelas, maupun di tempat-tempat tugas lain. Dengan demikian para peneliti “action research” tidak berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori yang dapat digunakan secara umum atau general. Hasil ”action research” hanya terbatas pada kepentingan penelitinya sendiri, yaitu agar dapat melaksanakan tugas di tempat kerjanya sehari-hari dengan lebih baik.
Dari sini jelaslah bahwa dilihat dari ruang lingkup, tujuan, metode, dan praktiknya, ”action research” dapat dianggap sebagai penelitian ilmiah mikro yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Dikatakan bersifat partisipatif karena “action research” dilakukan sendiri oleh peneliti mulai dari penentuan topik, perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan pelaporannya. Dikatakan kolaboratif karena pelaksanaan “action research” (khususnya dalam pengamatannya) juga dapat melibatkan teman sejawat. Walaupun bersifat mikro, ”action research” berbeda dengan studi kasus karena tujuan dan sifat kasus yang terdapat pada “action research” tidaklah unik sebagaimana keunikan yang terdapat pada studi kasus. Namun, keduanya mempunyai kesamaan, yaitu peneliti tidak berharap hasil penelitiannya akan dapat digeneralisasikan atau berlaku secara umum. Sebab, sejak awal, kedua penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Istilah ”action research” sangat dikenal dalam penelitian pendidikan, bahkan sudah merupakan aliran tersendiri. Untuk membedakannya dengan ”action research” dalam bidang lain, para peneliti pendidikan sering menggunakan istilah “classroom action research” atau ”classroom research”. Dari sinilah istilah ”penelitian tindakan kelas” atau ”PTK” muncul. Dengan penambahan ”classroom” pada “action research”, kegiatan lebih diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui penerapan langsung di kelas, walaupun istilah ”kelas” perlu dipahami lebih luas lagi, yaitu tidak hanya di ruang kelas, tetapi di tempat mana saja guru melakskanakan tugas-tugas pembelajaran.

Apa itu PTK?
Terkait dengan pengertian PTK ini, ada beberapa rumusan definisi PTK yang perlu disiasati dan dipahami.
  • Hopkins (1993): PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahanan terhadap kondisi dalam praktek pembelajaran.
  • Kemmis dan Mc. Taggart (1988 ): PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.
  • Rochman Natawijaya (1977): PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.
  • Suyanto (1997): PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
  • Tim PGSM (1999): PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Dari kelima rumusan di atas dapat ditemukan kata-kata kunci (key words) yang terkait dengan PTK.

  • PTK bersifat reflektif. Maksudnya adalah PTK diawali dari proses perenungan atas dampak tindakan yang selama ini dilakukan guru terkait dengan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Dari perenungan ini akan diketahui apakah tindakan yang selama ini telah dilakukan telah berdampak positif dalam pencapaian tujuan pembejaran atau tidak.
  • PTK dilakukan oleh pelaku tindakan. Maksudnya adalah PTK dirancang, dilaksanakan, dan dianalisis oleh guru yang bersangkutan dalam rangka ingin memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya di kelas. Kalau toh dilakukan secara kolaboratif, pelaku utama PTK tetap oleh guru yang bersangkutan.
  • PTK dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Maksudnya adalah dengan PTK ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas berbagai aspek pembelajaran sehingga kompetensi yang menjadi target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (efektif dan efisien).
  • PTK dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. Maksudnya adalah setiap langkah yang dilakukan dalam PTK harus dilakukan dengan terprogram dan penuh kesadaran sehingga dapat diketahui aspek-aspek mana yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki demi etercapaian kompetensi yang diargetkan.
  • PTK bersifat situasional dan kontekstual. Maksudnya adalah PTK selaku dilakukan dalam situasi dan kondisi tertertu, untuk kelas dan topik mata pelajaran tertentu, sehingga simpulan atau hasilnya pun hanya diarahkan pada konteks yang bersangkutan, bukan untuk yang konteks lain.

Apa Tujuan PTK?

Berdasarkan pengertian tersebut, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.

Pada sisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan apa yang mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya. Mereka akan kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk yang bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar penelitian yang sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Bahkan, keterlibatan mereka dalam PTK sendiri akan menjadikan dirinya menjadi pakar peneliti di kelasnya, tanpa bergantung pada para pakar peneliti lain yang tidak tahu mengenai masalah-masalah kelasnya sehari-hari.

Apa Manfaat PTK?

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan PTK. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

  • Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.
  • Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional guru.
  • Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
  • Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
  • Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
  • Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
  • Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah.
  • Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.

Mengapa guru dianggap paling tepat untuk melakukan PTK?

Ada beberapa bukti pembenar bahwa gurulah yang paling tepat untuk melakukan PTK.

  • Guru mempunyai hak otonom untuk menilai kinerjanya. Sebab, hanya gurulah yang dapat merasakan ”kondisi objektif” kiat-kiat pembelajaran yang dilakukan dalam rangka pencapaian kompetensi siswa.
  • Guru merupakan sosok yang paling akrab dengan kelasnya. Kenyataan ini dapat dimaklumi karena keberlangsungan masa pembelajaran yang cukup lama akan membuka pemahaman dan wawasan guru atas ”pernik-pernik” ang berada di kelasnya.
  • Interaksi antara guru-siswa berlangsung secara unik. Hal ini dibuktikan dengan perlakukan khas guru setiap menghadapi individu siswa yang mempunyai karakteristis tertentu.
  • Temuan penelitian tradisional sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran.
  • Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan PTK di kelasnya.

Apa karakteristik PTK?

Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan sebagai berikut.

  • Masalah PTK berawal dari guru.
    PTK haruslah dilhami oleh permasalahan praktis yang dihayati oleh guru sebagai pelaku pembelajaran di kelas. Guru merasakan ada masalah di kelasnya ketika dia mengajar. Guru berusaha untuk mengatasi masalah di kelas itu dengan sebuah penelitian yang disebut PTK. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak tahu tentang seluk-beluk yang terjadi dalam kelas. PTK bukan penelitian yang disarankan oleh pihak lain kepada guru, melainkan muncul dari dalam diri guru sendiri yang merasakan adanya masalah.
  • Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran.
    Dengan PTK, guru akan berupaya untuk memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi lebih efektif. Oleh kerena itu, guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan PTK. PTK tidak boleh menjadikan proses pembelajaran terganggu. Guru tidak perlu mengubah jadwal rutin di kelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK haruslah sejalan dengan rencana rutin Anda sebagai guru. Bahkan, PTK juga diharapkan tidak lagi memberikan beban tambahan yang lebih berat bagi Anda. PTK justru harus dikerjakan terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di kelas (Lihat Suyanto, 1997).
  • PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif.
    Guru tidak harus sendirian dalam upaya memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Hal itu dapat Anda laksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen LPTK maupun dengan teman sejawat. Dengan cara itu, sebagai guru, Anda akan banyak menerima masukan tentang prosedur PTK yang benar. Dosen dapat bertindak sebagai mitra diskusi yang baik untuk merumuskan masalah yang tepat, menentukan hipotesis tindakan yang baik, serta membantu analisis data penelitian. Sebaliknya, dosen LPTK dapat memperoleh masukan yang berharga dari orang yang benar-benar berkecimpung di kancah yang tahu secara persis tentang permasalahan yang terjadi di kelasnya. Yang lebih penting lagi ialah terbentuknya hubungan kesejawatan yang harmonis antara guru dengan guru ataupun antara guru dengan dosen LPTK. Kehadiran dosen LPTK dalam PTK adalah sebagai mitra sejawat dan bukan sebagai sosok yang mahatahu yang akan mendikte guru dalam penelitian.
  • PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
    Tindakan-tindakan tertentu tersebut dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran tertentu, pemakaian media dan sumber belajar tertentu, jenis pengelolaan kelas tertentu, atau hal-hal yang bersifat inovatif lainnya. Oleh karena itu, penelitian di kelas yang tanpa memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk perbaikan praktik pembelajaran bukanlah PTK.
  • PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan.
    Hal itu dapat terjadi karena setelah Anda meneliti kegiatan-sendiri di kelas Anda – dengan melibatkan siswa – Anda akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan paktik pembelajaran. Dengan demikian, Anda dapat membuktikan apakah suatu teori pembelajaran dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Anda juga dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori itu untuk diterapkannya di kelas agar pembelajarannya efektif dan efisien, optimal, dan fungsional.

Nah, dengan uraian “sekilas info” tersebut, Anda diharapkan telah mempunyai wawasan yang relatif memadai tentang konsep PTK. Apabila ada beberapa konsep yang kurang Anda pahami, Anda dapat mendiskusikannya dengan teman sejawat, kepala sekolah, pengawas, atau siapa saja yang Anda anggap cocok untuk diajak berdiskusi. Ingatlah bahwa kebiasaan Anda untuk berdiskusi dengan teman sejawat dan keterbukaan Anda untuk menanyakan hal-hal yang tidak Anda ketahui kepada orang yang lebih tahu (misalnya kepala sekolah, pengawas) merupakan indikator keprofesionalan Anda.

-------

Pada bagian berikut ini Anda akan diajak mengembangkan fokus masalah yang akan dilakukan pemecahannya dalam PTK. Ikuti setiap tahapan yang disarankan! Optimislah bahwa Anda dapat melaksanakannya. Sebab, melaksanakan PTK tidaklah sesulit yang dibayangkan oleh sebagian besar guru!
Ayo, yakinlah bahwa Anda dapat melaksakan PKT!




Uraian lebih lanjut silakan baca Melaksanakan PTK itu Mudah oleh Masnur Muslih (Bumi Aksara, 2008)

Tidak ada komentar: